Pemeriksaan Makroskopik-Mikroskopik Urine
Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan
urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urine yang
meliputi pemeriksaan protein dan glukosa.Sedangkan yang dimaksud dengan
pemeriksaan urine lengkap adalah pemeriksaan urine rutin yang dilengkapi dengan
pemeriksaan benda keton, bilirubin,urobilinogen, darah samar dan nitrit.
A.
Makroskopik Urine
Yang
diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urine.
Pengukuran volume urine berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kwantitatif
atau semi kwantitatif suatu zat dalam urine dan untuk menentukan kelainan dalam
keseimbangan cairan badan.
Pengukuran volume urine yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urine
bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal.
1. Volume
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urine seperti umur, berat badan,
jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang
bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urine dalam 24 jam antara 800 –
1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih
dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuria. Poliuria ini mungkin terjadi
pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas,
minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan
oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus,
hipertensi, pengeluaran cairan dari edema.
Bila volume urine selama 24 jam 300-750 ml maka keadaan ini dikatakan
oliguri. Keadaan ini mungkin didapat pada diare, muntah - muntah, deman edema,
nefritis menahun. Anuria adalah suatu keadaan dimana jumlah urine selama 24 jam
kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal.
Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari
urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti
didapat pada diabetes mellitus
2.
Warna
Pemeriksaan
terhadap warna urine mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan
kelainan klinik. Warna urine di nyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda,
kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu
dan sebagainya. Warna urine
dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang di minum maupun makanan. Pada
umumnya warna di tentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda
warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua
yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan
porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna
yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat.
Disamping
itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti
hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna
coklat. Warna urine yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang
diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna
coklat kehitaman pada urine.
Kejernihan
dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau
sangat keruh. Biasanya urine segar pada orang normal jernih.
Kekeruhan
ringan disebut nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang
lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang
mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urine yang telah keruh pada waktu
dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel,
leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak
3.
BJ
Pemeriksaan
berat jenis urine bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan
pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 - 1,030 .
Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin
rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urine makin tinggi berat
jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu
yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat
ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan
dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh
intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang
menahun.
4.
Bau
Untuk
menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang
abnormal. Bau urine normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau
yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai,
obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak
disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urine yang
dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat
berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma
saluran kemih.
5.
pH
Penetapan pH
diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan
tentang keadaan dalam badan. pH urine normal berkisar antara 4,5 - 8,0 . Selain
itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah
etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urine bereaksi asam,
sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi
amoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat
atau kalsium fosfat urine dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah
terbentuknya batu urat atau oksalat pH urine sebaiknya dipertahankan basa.
B.
Mikroskopik Urine
Yang
dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urine yaitu pemeriksaan sedimen
urine. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan
saluran kemih serta berat ringannya penyakit.Urine yang dipakai ialah urin
sewaktu yang segar atau urine yang dikumpulkan dengan pengawet formalin.
Pemeriksaan
sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan
penglihatan kecil atau LPK.Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang
dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB. Jumlah unsur sedimen bermakna di laporkan
secara semi kuantitatif,yaitu : Jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per
LPB untuk eritrosit dan leukosit.
Unsur sedimen yang kurang bermakna
seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan :
+ (ada),
++ (banyak)
+++ (banyak sekali).
Unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu :
* unsur organik
* non organik.
Unsur organik
berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit,
leukosit, silinder, potongan jaringan,sperma, bakteri, parasit dan yang non
organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan.seperti urat amorf dan
kristal. Eritrosit atau Leukosit didalam sedimen urine mungkin terdapat dalam
urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih.
Dalam
keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan Leukosit
hanya terdapat 0 - 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari
genitalia. Adanya eritrosit dalam urine disebut hematuria. Hematuria dapat
disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal,
nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa
hemoragik. Terdapatnya Leukosit dalam
jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan
ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret
vagina pada penderita dengan fluor albus. Epitel merupakan unsur sedimen
organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin.Dalam keadaan
patologik jumlah epitel ini dapat meningkat, seperti pada infeksi,radang dan
batu dalam saluran kemih. Pada sindroma
nefrotik di dalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini
merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami degenerasi lemak, dapat
dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau diperiksa dengan menggunakan
mikroskop polarisasi.
Kristal
dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu didalam saluran kemih.
Kristal asam
urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang
sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal
itu merupakan hasil metabolisme yang normal.Terdapatnya unsur tersebut
tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan
kepekatan urine.
Disamping
itu mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obat -obatan atau
kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.
Silinder adalah endapan protein yang terbentuk didalam
tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall)
dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan
epitel.Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli
ginjal.
Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan
dengan berat ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam
keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, lekosit dan silinder hialin.
Terdapatnya silinder seluler seperti silinder lekosit, silinder eritrosit,
silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius.
Pada
pielonefritis dapat dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut
dapat ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan pada penyakit ginjal yang
berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder lilin.
C.
Pemeriksaan Warna Urine
Warna urine normal adalah kuning muda atau kuning
jerami, jernih. Pada produksi urine yang banyak, berat jenisnya antara 1.015 -
1.030 tergantung pada konsentrasi bahan solid yang larut dalam urine. bila
produksi urine sedikit, maka urine menjadi pekat dan berat jenisnya naik,
sedangkan warnanya lebih gelap. bila berat jenisnya turun, berarti urine lebih
encer dan menjadi tidak bewarna, seperti yang terjadi pada diabetes insipidus.
Urine normal agak asam atau pH nya kurang dari 7.
Urine normal mengandung urea, kreatinin, asam urat, garam, pigmen empedu, dan
asam oksalat. bila urine normal ini disimpan, maka akan bereaksi menjadi
bersifat alkalis, karena urea diubah menjadi amonia. Urine dikatakan tidak
normal apabila mengandung albumin, gula, aseton, nanah, ataupun butir darah,
serta kast positif. Dalam keadaan normal, seseorang akan membuang air kecil
setiap 3 - 4 jam.
1. Warna Merah :
- Ada
hemonglobin, mioglobin dan porfirin ( berarti ada perdarahan saluran kencing ).
- Oleh
karena obat tertentu.
- Karena zat
warna dari makanan tertentu, misal biet, senna, robarber.
2. Warna Jingga :
- Zat warna
empedu.
-Karena
obat-obat: antiseptic saluran kencing, pyridium, dan obat fenothiazin.
3. Warna Kuning :
- Urine
pekat.
- Keberadaan
urobilin dan bilirubin.
- Obat
preparat vitamin dan obat psikoaktif.
4. Warna Hijau :
- Keberadaan
biliverdin.
- Keradaan
bakteri pseudomonas
- Obat
preparat vitamin dan obat psikoaktif.
5. Warna Biru :
karena patologis Deuretika tertentu.
6. Warna Coklat :
- Keberadaan
hematin asam, mioglobin dan zat warna empedu
- Obat-obat
nitrofurantioin, levodova.
7. Warna Hitam/ hampir hitam :
Keberadaan
melanin, kaskara, senyawa besi dan fenol.
- Obat
levodova, kaskara, senyawa besi dan fenol .
Urine yang
berwarna coklat disertai buih biasanya disebabkan oleh penyakit liver atau
saluran empedu. Pemeriksaan urine di bawah mikroskop dilakukan untuk mengetahui
apakah ada butir darah merah maupun butir darah putih, sel epithel, bakteri,
jamur, dan kristal.
D.
Sampel Urine
1. Pemilihan jenis sampel urine.
Tenik
pengumpulan sampai dengan pemeriksaan harus dilakukan dengan prosedur yang
benar.
Jenis sampel
urine :
a.
Urine sewaktu / urine acak (random).
Urine
sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara
khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung
sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel
ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin.
b.
Urine pagi
Pengumpulan
sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau
menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan
cairan yang lama, sehingga unsur - unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.
Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes
kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin) dalam urine.
c.
Urine tampung 24 jam
Urine tampung 24 jam adalah urine
yang dikeluarkan selama 24 jam terus -menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah.
Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam
urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu
botol besar ber volume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya
toluene.
E.
Wadah Spesimen
Wadah untuk
menampung spesimen urine sebaiknya terbuat dari bahan plastik, tidak mudah
pecah, bermulut lebar, dapat menampung 10-15 ml urine dan dapat ditutup dengan
rapat. Selain itu juga harus bersih, kering, tidak mengandung bahan yang dapat
mengubah komposisi zat-zat yang terdapat dalam urine.
F.
Prosedur Pengumpulan
Pengambilan
spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang
tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi
penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar. Spesimen urine yang ideal
adalah urine pancaran tengah (midstream), di mana aliran pertama urin dibuang
dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan.
Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Aliran pertama urine
berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba dari luar uretra agar tidak
mencemari spesimen urine. Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien harus
mencuci tangan dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya dengan handuk,
kain yang bersih atau tissue. Pasien juga perlu membersihkan daerah genital
sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih
sebelum menampung spesimen.Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu
dibantu orang lain (mis. keluarga atau perawat). Orang-orang tersebut harus
diberitahu dulu mengenai cara pengumpulan sampel urine. Pada pasien bayi
dipasang kantung penampung urine pada genitalia. Pada kondisi tertentu, urine
kateter juga dapat digunakan.
Prosedur ini
menyebabkan 1 - 2 % risiko infeksi dan menimbulkan trauma uretra dan kandung
kemih. Untuk menampung urine dari kateter, lakukan desinfeksi pada bagian
selang kateter dengan menggunakan alkohol 70%. Aspirasi urine dengan
menggunakan spuit sebanyak 10 - 12 ml. Masukkan urine ke dalam wadah dan tutup
rapat. Segera kirim sampel urine ke laboratorium.
1.
Cara pengumpulan urine 24 jam adalah
:
-
Pada hari
pengumpulan, pasien harus membuang urin pagi pertama.
-
Catat
tanggal dan waktunya. Semua urine yang dikeluarkan pada periode selanjutnya
ditampung.Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus di kosongkan
terlebih dahulu untuk menghindari kehilangan air seni dan kontaminasi feaces
pada sampel urine wanita.
-
Keesokan
paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat pada wadah, pengumpulan urin
di hentikan.Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama periode pengumpulan.
2.
Biakan Urine
Spesimen
urine apabila ditampung secara benar mempunyai nilai diagnostic yang besar,
tetapi bila tercemar oleh kuman yang bersal dari uretra atau peritoneum dapat
menyebabkan salah penafsiran. Sampel urine acak cukup baik untuk biakan kuman.
Namun, bila spesimen urine acak tidak menunjukkan pertumbuhan, urine pekat atau
urine pagi dapat digunakan. Sampel urine yang dikumpulkan adalah urine
midstream clean-catch.
Biakan kuman
dengan sampel ini dapat menentukan diagnosis secara teliti pada 80% penderita
wanita dan hampir 100% penderita pria, apabila lubang uretra dibersihkan sesuai
persyaratan. Urine clean-catch adalah spesimen urin midstream yang dikumpulkan
setelah membersihkan meatus uretra eksternal. Urine jenis ini biasanya
digunakan untuk tes biakan kuman (kultur). Sebelum mengumpulkan urine, pasien
harus membersihkan daerah genital dengan air bersih atau steril. Jangan gunakan
deterjen atau desinfektan.
Tampung
urine bagian tengah ke dalam wadah yang steril. Kumpulkan urin menurut volume
direkomendasikan, yaitu 20 ml untuk orang dewasa dan 5-10 ml untuk anak-anak.
Pada keadaan yang mengharuskan kateter tetap dibiarkan dalam saluran kemih
dengan sistem drainase tertutup, urine untuk biakan dapat diperoleh dengan cara
melepaskan hubungan antara kateter dengan tabung drainase atau mengambil sampel
dari kantung drainase.
Bila tidak memungkinkan memperoleh
urine yang dikemihkan atau bila diduga terjadi infeksi dengan kuman anaerob,
aspirasi suprapubik merupakan cara penampungan yang paling baik. Spesimen yang
menunjukkan pertumbuhan lebih dari satu jenis kuman, dianggap sebagai tercemar,
kecuali pada penderita dengan kateter yang menetap.
3.
Cara pengambilan sampel urine
clean-catch pada pasien wanita :
Pasien harus mencuci tangannya
dengan memakai sabun lalu mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau
tissue. Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan Bersihkan
labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari depan ke belakang.
Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan kasa steril yang lain. Selama
proses ini berlangsung, labia harus tetap terbuka dan jari tangan jangan
menyentuh daerah yang telah dibersihkan. Keluarkan urine, aliran urine yang
pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang
telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis.
Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar wadah. Wadah ditutup rapat
dan segera dikirim FBke laboratorium.
4.
Cara pengambilan urine clean-catch
pada pasien pria :
Pasien harus mencuci tangannya
dengan memakai sabun lalu mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau
tissue. Jika tidak disunat, tarik preputium ke belakang.
Keluarkan
urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam
wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran
urine habis.
Diusahakan
agar urine tidak membasahi bagian luar wadah. Wadah ditutup rapat dan segera
dikirim ke laboratorium.
Aspirasi
jarum suprapubik transabdominal kandung kemih merupakan cara mendapatkan sampel
urine yang paling murni. Pengumpulan urine aspirasi suprapubik harus dilakukan
pada kandung kemih yang penuh. Lakukan desinfeksi kulit di daerah suprapubik
dengan Povidone iodine 10% kemudian bersihkan sisa Povidone iodine dengan
alkohol 70%. Aspirasi urine tepat di titik suprapubik dengan menggunakan spuit
Diambil urine sebanyak ± 20 ml dengan cara aseptik/suci hama (dilakukan oleh
petugas yang berkompenten). Masukkan urine ke dalam wadah yang steril dan tutup
rapat. Segera dikirim ke laboratorium.
SUMBER PUSTAKA
2.
http://rddachie.blogspot.com/2013/03/pemeriksaan-makroskopik-mikroskopik.html#ixzz3K8U6XLS8