Jumat, 13 Maret 2015

TFG (TES FUNGSI GINJAL)



      I.         TFG (Tes Fungsi Ginjal )


1. Asam Urat
Uji asam urat digunakan untuk mengukur kadar asam urat serum, metabolit protein utama. Penyakit metabolisme purin, destruksi asam nukleat yang cepat, dan keadaan yang ditandai oleh ekskresi ginjal yang terganggu secara khas menaikan kadar asam urat serum.
Tujuan :
-          Untuk memastikan diagnosis penyakit ghout
-          Untuk mendeteksi gangguan fungsi ginjal
Nilai Rujukan        :
Kosentrasi asam urat pada laki-laki normalnya berkisar antara 3,4- 7 mg/dl (SI, 202- 416µmol/ L)
Pada perempuan, kadar yang normal berkisar antara 2,3-6 mg/dl (SI, 143-357 µmol/L)
Temuan abnormal  :
Kadar asam urat ang meningkat mungkin menunjukan adanya penyakit gouth atau fungsi ginjal yang terganggu kadar juga mungkin meningkat pada gagal jantung, penyakit penyimpangan glikogen (tipe I, penyakit von Gierke), infeksi, hemolisi dan anemia bulan sabit, polisitemia, neoplasma, dan psoriasis.
Kadar asam urat yang rendah mungkin menunjukan absorbsi tertular yang terganggu (seperti pada sindrom Fanconi) atau atrofi hepatik akut.
Faktor yang mempengaruhi          :
-                      Tidak mematuhi larangan sebelum uji
-          Diuretik loop, etambutol, vinkristin, pirazinamid, tiazid, dan aspirin dosis rendah (mungkin meningkatkan kadar asam urat)
-        Asetaminofen, asam askorbat, dan levodapa (mungkin tinggi semu jika menggunakan metode kalorimetri)
-        Aspirin dosis tinggi (mungkin menurunkan kadar asam urat)
-        Kelaparan, diet tinggi purin, stres, dan penyalahgunaan alkohol (mungkin menngkatan kadar asam urat).

2. Kreatinin
Analisis kadar kreatinin serum memberikan pengukuran yang lebih sensitif terhadap kerusakan ginjal dari pada kadar nitrogen urea darah. Kreatinin adalah produk akhir non protein dari metabolisme kreatinin yang tampak diserum dengan jumlah yang sesuai dengan masa otot tubuh.
Tujuan       :
-                                                   Untuk menilai filtrasi glomerulus
-                                                   Utuk skrining adanya kerusakan ginjal.
Nilai rujukan         :
Konsentrasi kereatinin normalnya berkisar antara 0,8-1,2 mg/dl (SI, 62 sampai 115 µmol L) pada lelaki
Pada wanita berkisar 0,6-0,9 mg/dl (SI, 53-97 µmol/L).
Temuan Abnormal            :
Kadar kreatinin serum yang tinggi umumnya menunjukan adanya penyakit ginjal yang 50% nefronnya telah mengalami kerusakan serius. Kadar yang tinggi mungkin juga dihubungkan dengan gigantisme dan akromegali.
Faktor yang mempengaruhi          :
-          Asam askorbat, barbiturat, dan diuretik (meningkatkan kadar kreatinin)
-          Pengecualian pada masa otot yang besar, seperti yang ditemukan pada atlet (menngkatkan kadar kreatinin walau fungsi ginjal normal)
-          Hemolisis akibat perlakuan yang kasar pada sampel
-          Sulfabromoftalein atau fenosulfatalein yang diberikan 2 jam sebelum pemeriksaan dapat menaikan kadar kreatinin jika uji tersebut didasarkan pada reaksi Jaffe.

3. Nitrogen Urea Darah
Uji nitrogen urea darah (BUN) digunakan untuk mengukur fraksi nitrogen urea, produk akhir utama dari metabolisme protein. BUN dibentuk dihati dari amonia dan diekskresikan oleh ginjal, urea membentuk 40-50% nitrogen non protein darah. Kadar BUN mencerminkan asupan  protein dan kapasitas ekskresi ginjal. Akan tetapi, indikator uremia kurang dipercaya dibandingkan kadar kreatinin serum.
Tujuan       :
Untuk menilai fungsi ginjal dan membantu diagnosis penyakit ginjal.
Nilai rujukan         :
Nilai BUN yang normal berkisar antara 8-20 mg/dl (SI, 2,9-7,5 mmol/L). Sedikit meninggi pada pasien yang tua.
Temuan Abnormal            :
-          Kadar BUN yang tinggi terdapat pada penyakit ginjal, aliran darah yang menurun (Akibat dehidrasi) obstruksi traktus urinaria, dan katabolisme protein yang meningkat (seperti pada luka bakar)
-          Kadar BUN yang rendah terdapat pada kerusakan hati yang berat, malnutrisi, dan dehidrasi yang berlebihan.
Faktor yang mempengaruhi          :
-          Hemolisis akibat perlakuan yang kasar pada sampel
-          Aminoglikosid, amfotersin B, metilisin (meningkat akibat nefrotoksik). 
     
    semoga bermanfaat 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar